Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata, Rasulullah
saw bersabda,
“Ajarilah
permudahlah, janganlah engkau persulit, berilah kabar gembira, jangan engkau
beri ancaman. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah diam”
(HR Ahmad dan Bukhari).
Assalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa
Barakaatuh…
Ayah dan Bunda, Bagaimana kabarnya?
Pada kesempatan ini, In syaa
Allah akan diulas mengenai pendidikan anak dengan pendekatan yang diajarkan Rasululullah
SAW. simak ulasannya sebgai berikut...
Anak merupakan bagian dari hal yang amat berharga bagi kedua orang tuanya.
eluarga adalah lingkungan pertama dan paling utama dalam pembentukan
kepribadian seorang anak. Untuk itu, dalam proses mendidik anak kedua orangtua
sepatutnya memiliki ilmu dan wawasan terkait berbagai cara terbaik dalam
mendidik; terutama metode mendidik yang merujuk pada Rasulullah saw (Prophetic
Parenting), karena untuk membentuk generasi muslim yang shalih tidak akan
terlepas dari dua pondasi Islam yang utama al-Quran dan al-Hadits annak adalah
amanah Allah swt. Amanah ini harus dididik untuk menjadi hamba Allah swt yang
shalih. Tanggung jawab ini bukanlah tugas ringan, tetapi merupakan tanggung
jawab yang berat. Mendidik menjadi insan yang bertakwa, berakhlak mulia dan sebagai
penerus Islam memang sarat dengan tantangan dan membutuhkan kearifan
Jika para orang tua memiliki
ilmu dan wawasan yang luas mereka akan mampu memberikan pengajaran dan
pendidikan yang terbaik bagi anak–anaknya, mengetahui jalan kebaikan yang
denganya mereka akan banyak berkesempatan untuk beramal, mampu mengajarkan
kebaikan kepada masyarakatnya. Orang tua yang memiliki banyak ilmu dan wawasan
tidak akan di tipu dan dibohongi oleh pihak-pihak yang ingin menjerumuskan dari
kalangan musuh Allah swt (Rif’ani, 2013:16)
Rasulullah saw merupakan
teladan bagi seluruh umat dalam berbagai aktivitasnya, baik hal-hal yang
bersifat duniawi maupun ukhrawi. Termasuk dalam hal ini adalah pendidikan anak.
Kaum muslimin dianjurkan meneladani metode Rasul dalam mendidik anak-anak
mereka. Banyak orang tua yang gagal dalam mendidik anak- anaknya seringkali
disebabkan oleh pendidikan anak yang tidak berpedoman kepada sumber-sumber
pengetahuan yang benar dan layak menurut Suwaid (2010:137) metode Nabi dalam mendidik anak dapat direalisasikan
ke dalam beberapa hal sebagai berikut :
1.
Keteladanan
Keteladanan
dalam Pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil
dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral,spiritual, dan etos sosial anak.
Orang tua adalah figur terbaik dalam pandangan anak, yang tindak-tanduk akan
ditiru oleh mereka. Seorang anak, bagaimanapun sucinya fitrah, ia tidak akan mampu
memenuhi prinsip-prinsip kebaikan dan pokok-pokok pendidikan utama, selama ia tidak
melihat teladan dari nilai-nilai moral yang tinggi (Ulwan, 1999:142).
Nurut Budiman (2001:98) keteladanan harus
ditampilkan oleh orang tua
sedemikian rupa, sehingga anak terdorong
untuk menirunya. Namun hal seperti itu tidak
mudah dilakukan, karena itu setiap orang tua
kiranya mau menahan dan mejaga diri dari hal
yang membuatnya masuk neraka. Penjagaan
diri tersebut dapat dikatakan upaya seorang
ayah atau ibu dalam rangka menampilkan
uswatun hasanah kepada anaknya.
Apapun
perkembangan anak, anak anak dipengaruhioleh tingkah laku orang tua dalam
keluarga. Anak cenderung untuk meniru. Apabila ibu dan ayah sering berbicara
kotor, maka anakpun senang berbicara kotor. Tetapi apabila orang tua
membiasakan diri dengan kata-kata yang sopan, maka anakpun akan belajar sopan.
Disinila peranan penting orang
tua
sebagai guru pertama dalam rumah tangga
2.
Waktu
berinteraksi
Rasulullah
saw selalu memperhatikan secara teliti tentang waktu dan tempat yang tepat
untuk mengarahkan anak, membangun pola pikir anak, mengarahkan perilaku anak dan
menumbuhkan akhlak yang baik pada diri anak. Dalam hal ini, Rasulullah saw mempersembahkan
kepada kita tiga waktu mendasar dalam memberi pengarahan kepad anak
(Suwaid, 2010:142) diantaranya adalah sebagai berikut :
a.
Dalam
pejalanan
Riwayat
al-Hakim dalam kitab Mustadraknya (3/541) menegaskan bahwa perjalanan itu
dilakukan di atas kendaraan. Dia meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA: “Nabi
Muhammad diberi hadiah seekor bagal oleh Kisra. Beliau menungganginya dengan
tali kekang dari serabut. Beliau memboncengkanku dibelakangnya. Kemudian,
beliau berjalan. Tidak berapa lama, beliau menoleh dan memanggil, 'Hai anak
kecil.' Aku jawab, 'Labbaika, wahai Rasulullah.' Beliau bersabda, 'Jagalah
agama Allah, niscaya Dia menjagamu...'”
b.
Waktu
Makan
Pada
waktu ini, seorang anak selalu berusaha untuk tampil apa adanya. Sehingga
terkadang dia melakukan perbuatan yang tidak layak atau tidak sesuai dengan
adab sopan santun di meja makan. Apabila kedua orang tuanya tidak duduk
bersamanya selama makan dan meluruskan kesalahan-kesalahannya, tentu si anak
akan terus melakukan kesalahan tersebut. Selain itu, apabila kedua orang tua tidak
duduk bersama si anak ketika makan, kedua orang tua akan kehilangan kesempatan
berupa waktu yang tepat untuk memberikan pengarahan kepadanya. Nabi saw makan
bersama anak-anak. Beliau memperhatikan dan mencermati sejumlah kesalahan.
Kemudian Beliau memberi
pengarahan
dengan metode yang dapat mempengaruhi akan dan meluruskan
kesalahan-kesalahan yang dialakukan
c.
Waktu
anak sakit
Sakit
dapat melunakan hati orang yang keras. Anak kecil ketika sakit ada dua keutamaan
yang terkumpul padanya untuk meluruskan kesalahan-kesalahannya dan perilakunya
bahkan keyakinannya, yakni keutamaan fitrah anak dan keutamaan lunaknya hati
ketika sakit. Rasulullah saw telah memberi pengarahan kepada kita atas hal ini.
Beliau menjenguk seorang anak yahudi yang sedang sakit dan mengajaknya masuk
Islam. Kunjungan itu menjadi kunci cahaya bagi anak tersebut
3.
Berbuat
adil terhadap anak-anak
Ini
merupakan tahap ketiga , setiap orangtua dituntut untuk selalu konsisten dalam melaksanakannya
agar mereka dapat merealisasikan apa yang mereka inginkan, yaitu bersikap adil
dan menyamakan pemberian untuk anak-anak. Karena, kedua hal ini memilik pengaruh
yang sangat besar sekali dalam sikap berbakti dan ketaatan anak. Terkadang
seorang anak merasa orangtuanya lebih sayang kepada saudaranya, karena hanya
perasaan ini saja akan membuat sang anak menjadi liar. Akibatnya, kedua orangtuanya
tidak akan sanggup menghadapi keliaran dan meredam kedengkian anaknya. Kemudian,
akibat dari perasaan yang mereka pendam itu, mereka melakukan perbuatan keji dalam
persaudaraan dan kekerabatan mereka
4.
Menunaikan Hak Anak
Menunaikan hak anak dan menerima kebenaran dirinya dapat menumbuhkan
perasaan positif dalam dirinya dan sebagai
pembelajaran bahwa kehidupan itu adalah
memberi dan menerima. Disamping itu
juga menjadi pelatihan bagi anak untuk tunduk
kepada kebenaran, sehingga dengan demikian
dia melihat suri teladan yang baik di
hadapannya. Membiasakan diri dalam
menerima dan tunduk pada kebenaran
membuka kemampuannya untuk
mengungkapkan isi hati dan menuntut apa
yang menjadi haknya. Sebaliknya, tanpa
hal ini akan menyebabkannya menjadi
orang yang tertutup dan dingin. Adapun hak-hak anak
diantaranya:
a.
Hak mendapatan perlindungan
b.
Hak untuk hidup
dan tumbuh kembang;
c.
Hak mendapatkan pendidikan
d.
Hak mendapatkan nafkah dan warisan
5.
Mendoakan
Kebaikan untuk anak
Do’a merupakan landasan asasi yang
setiap
orangtua dituntut untuk selalu konsisten menjalankannya. Mereka juga harus selalu
mencari waktu-waktu dikabulkannya do’a
yang dijelaskan oleh Rasulullah.
Bagaimanapun juga, do’a kedua orangtua
selalu dikabulkan oleh Allah. Dengan do’a
rasa
sayang akan semakin membara, rasa cinta kasih akan semakin tertanam kuat di hati
sanubari
kedua orang tua, sehingga keduanya akan semakin tunduk kepada Allah swt dan
berusaha sekuat tenaga untuk dapat
memberikan yang terbaik bagi anak mereka
untuk masa depannya. Hendaklah orangtua selalu mendoakan
kebaikan untuk anaknya. Waktu-waktu yang
mustajab
untuk berdoa adalah di pertengahan malam terakhir dan setiap selesai shalat
fardhu. Mendoakan anak dengan doa yang
baik
adalah sangat penting, karena mendoakan anak dengan segala kebaikan adalah hadiah
terbaik untuk anak, mengingat anak adalah
titipan
dari Allah swt sehingga orangtua harus menjaga, merawat, serta mengarahkannya
untuk
dapat meraih kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat
6.
Mendoakan
keburukan terhadap anak
ImamAl-Ghazali menyebutkan bahwa
ada seseorang datang kepada Abdullah bin
Mubarak untuk mengadukan kedurhakaan anaknya. Abdullah bin Mubarak bertanya kepadanya,
“Apakah engkau sudah mendoakan keburukan atasnya?” Dia menjawab, “Benar.” Abdullah berkata, “kalua
begitu engkau telah merusaknya”. Dari pada menjadi penyebab rusaknya anak
dengan mendo’akan keburukan kepadanya, lebih baik kita mendo’akan kebaikan
padanya sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw yang mendoakan kebaikan
bagi anak- anak, sehingga Allah swt memberkati masa depan mereka dengan amal
shaleh, harta benda dan anak yang banyak.
7.
Membantu anak untuk berbakti dan berbuat
ketaatan
Mempersiapkan
segala macam sarana agar anak berbakti kepada kedua orangtua dan berbakti dan
mngerjakan ketaatan serta mendorongnya untuk selalu menurut dan mengerjakan
perintah. Menciptakan suasana yang nyaman mendorong sang anak untu berinisiatif
menjadi orang terpuji. Selain itu, kedua orangtua berarti telah memberikan hadiah
terbesar bagi anak untuk membantunya meraih kesuksesan.
8.
Tidak
membentak dan mengajarkan perbuatan tercela
Ketika
seorang bapak mencela anaknya, pada dasarnya dia sedang mencela dirinya sendiri
Sebab, bagaimanapun juga dialah yang telah mendidik anaknya tersebut.
Sebagaiman yang dijelaskan oleh Syamsuddin al-Anbabi, tidak boleh banyak
mencela anank, sebab hal itu menyebabkan anak memandang remeh segala celaan dan
perbuatan tercela (Al- Anbabi, 2000:130).
Sumber : Herawati, Kamisah (Jurnal Universitas Ar-Raniry, Universitas Ubudiyah Indonesia